Sabtu, 17 Oktober 2015

Pengelolaan Kelas



PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
         Dalam rangka mencapai hasil pendidikan yang berkualitas, salah satu faktor penentunya adalah guru. Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainya yang merujuk pada pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan.
        Guru dalam melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran adalah tugas profesi. Dalam pelaksanaan tugas profesi, dituntut persyaratan tertentu yang mencerminkan profesionalitasnya. Oleh karena itu, guru selalu dituntut untuk dapat mengembangkan peserta didik secara optimal dalam semua aspek tujuan pembelajaran.
            Di antara hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran adalah proses pembelajaran. Pengajaran merupakan kegiatan yang berintikan antara guru dan siswa. Proses belajar mengajar itu pula diibaratkan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu, diperlukan guru yang mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran.
           Salah satu syarat orang yang melaksanakan tugas profesi guru dituntut untuk memiliki  kompetensi pedagogik. Hal ini tercantum dengan jelas dalam UU No. 14 tahun 2005 guru dan Dosen Bab IV pasal 8   yang menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi pedagogik, kompetensi keperibadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperolah melalui pendidikan profesi (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2006:11).
            Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 126), guru adalah  tenaga pendidikan yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman di bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi cerdas.
            Untuk mengembangkan potensi peserta didik ini, seorang guru dalam mengajar dituntut untuk menguasai delapan keterampilan mengajar Menurut Uzer Usman (2009: 74) menjelaskan bahwa ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki guru di antaranya adalah:
1.         Keterampilan membuka dan menutup pelajaran (set introductionad and clousure)
2.         Keterampilan menjelaskan (explaining skills)
3.         Keterampilan bertanya (question skills)
4.         Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills)
5.         Keterampilan dalam mengadakan variasi (variation skills)
6.         Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
7.         Keterampilan mengelola kelas
8.         Keterampilan mengajar individu dan kelompok

     Dari keterampilan dasar mengajar  tersebut di atas bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru harus memiliki keterampilan sebagaimana tersebut di atas. Salah satu dari keterampilan tersebut adalah keterampilan mengelola kelas. Dengan kata lain, suatu proses belajar mengajar akan berhasil apabila guru dapat mengelola kelas dengan baik, karena apabila kelas dikelola dengan baik dan menjadi kelas kondusif, maka guru akan dengan mudah menerapkan keterampilan yang lain, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
     Masalah pokok yang dihadapi oleh guru baik guru pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah masalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas adalah masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran yang efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satupun pendekatan yang dikatakan paling baik.
     Menurut Ahmad Sabri (2005: 51) mengemukakan bahwa salah satu problem yang mempengaruhi kualitas pengajaran adalah kompetensi guru, karakteristik sekolah dan karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain adalah: besarnya kelas, suasana belajar, fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
     Situasi pengajaran yang kondusif sangat menentukan dan bahkan menjadi salah satu indikator tercapainya interaksi pengajaran yang bersifat edukatif. Seorang guru dalam melakukan tugas di suatu kelas, perlu merencanakan dan menetukan pengelolaan kelas yang harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut.
     Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuan yang dimiliki termasuklah keterampilan dasar mengajar yang telah disebutkan di atas termasuklah pengelolaan kelas, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponenya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas dikelola dengan baik, profesional, terus menerus, dan berkelanjutan, agar tujuanya tercapai. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting, karena berpengaruh terhadap jalanya proses pembelajaran di kelas.
            Di dalam Al- Quran Allah swt. berfirman dalam Surat Al- An’am (06) : 135 
  
       Artinya: “Katakanlah, Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan”.
                           Dari ayat tersebut jelas bahwa sebagai seorang guru harus seoptimal mungkin dalam mengeluarkan segala kemampuanya dalam proses pembelajaran, khususnya keterampilan dalam mengelola kelas agar proses pembelajaran yang dituju tercapai dengan baik.
                  
B. Tujuan Penelitian

1.    Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru dalam mengelola kelas dari segi kondisi fisik kelas pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah  Mujahidin Pontianak  Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.    Untuk mengetahui problem yang dihadapi guru dalam mengelola kelas dari segi kondisi sosio-emosional guru pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Mujahidin Pontianak Tahun Pelajaran 2013/2014.
                                                   
                                                           LADASAN TEORI

A.    Pengelolan Kelas
1.         Pengertian Pegelolaan Kelas
          Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (2002: 470) istilah “pengelolaan” diartikan dengan "penyelenggaraan, pengurusan".  dengan kata lain pengelolaan kelas diterjemahkan secara singkat sebagai suatu proses penyelenggaraan atau pengurusan ruang dimana dilakukan kegiatan belajar mengajar.
                        Pengertian kelas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, (2010: 97) adalah sebagai ruang tempat belajar di sekolah. Menurut Horby dalam Sudarwan dan Danim, (2010: 98),  kelas adalah ruang tempat sekolompok siswa belajar atau menjalani proses belajar mengajar.
                      Kelas bukanlah sekadar ruangan dengan segala isinya yang bersifat statis dan pasif akan tetapi, kelas juga merupakan sarana berinteraksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Ciri utama kelas adalah pada aktivitasnya untuk dapat menjalankan aktivitas atau kegiatan pembelajaran yang dinamis perlu adanya suatu aktivitas pengelolaan kelas yang baik dan terencana.
                     Adapun pengertian kelas menurut  Hadari Nawawi (1998: 115-116) mengatakan bahwa:
a.         Kelas dalam arti sempit yaitu ruangan yang dibatasi oleh empat dinding terdapat tempat untuk siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam arti tradisional ini mengandung sifat kritis karena sekedar menunjuk sekolompok siswa menurut tingkat perkembanganya yang antara lain didasarkan batas umur dan kronologis masing-masing.
b.         Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisasi yang menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan  berbagai kegiatan pembelajaran yang kreatif untuk mencapai tujuan.

            Menurut Syaiful Bahri Djamarah (Anis  Fauzi dan Rifyal Ahmad Lugowi,2009: 25-26) Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan  dan  kelas. Pengelolaan itu sendiri terdiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen” Manajemen sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu “Management” yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Sehingga dari kata tersebut bisa diartikan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam mengatur dan mengelola kelas untk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.
     Sedangkan pengelolaan kelas menurut J.J Hasibuan dan Moedjiono (2000: 82) “pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial”.
   Menurut menurut E. Mulyasa (2006: 91), “pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan jika terjadi gangguan dalam pembelajaran”.
     Guru merupakan manajer atau pengelola kelas, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap proses pembelajaran. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi guru juga berperan mendidik siswa ke arah yang baik dan membantu siswa menjadi manusia yang berkualitas. Berikut beberapa kegiatan rutin guru di dalam kelas menurut E. Mulyasa (2006: 53-54):
a.         Bekerja tepat waktu baik di awal maupun di akhir pembelajaran
b.        Mengatur kehadiran siswa dengan penuh tanggung jawab
c.         Mengatur jadwal, kegiatan harian atau mingguan, semesteran dan tahunan
d.        Mengatur tempat duduk siswa
e.         Mencatat kehadiran siswa
f.         Memahami siswa
g.        Menyiapkan bahan pelajaran, kepustakaan dan media pembelajaran
h.        Menciptakan iklim kelas yang kondusif
i.          Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran
j.          Menasihati siswa.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam menata/menciptakan dan memelihara sebuah kelas dan fasilitasnya agar atmosfir pembelajaran dapat terkendali secara optimal baik ketika pembelajaran dalam kondisi normal maupun ketika ada muncul hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Selain itu, petugas yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kelas "guru" dapat melibatkan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan tersebut.

2.        Kegiatan Pengelolaan Kelas
                  Sebelum menjelaskan lebih lanjut tentang kegiatan pengelolaan kelas, ada baiknya mengetahui syarat-syarat kelas yang baik. Menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (Maman Rahman, 1999: 35), syarat-syarat kelas yang baik adalah  1) rapi, bersih, sehat, dan tidak lembab 2) cukup cahaya yang meneranginya; 3) sirkulasi udara yang cukup; 4) perabot dalam keadaan baik, cukup jumlahnya, dan ditata dengan rapi yang dimaksud perabot di sini adalah alat-alat yang menunjang kegiatan belajar mengajar seperti alat peraga/media pembelajaran, papan tulis, kapur tulis dan lain-lain;  5) jumlah siswa tidak lebih dari 40 Siswa.
a.    Pengelolaan Kelas dari Segi Kondisi Fisik
                 Menurut Maman Rahman (1999: 117-122) menjelaskan bahwa pengelolaan dari segi kondisi fisik meliputi :
1)   Ruang Tempat Berlangsungya Pembelajaran:
a)        Ukuran ruang kelas 8m x 7m
b)   Dapat memberikan keluasaan gerak, komunikasi pandangan dan pendengaran.
2)   Cukup Cahaya dan Sirkulasi Udara
Di dalam pencahayaan, perlu diperhatikan yaitu daun jendela tidak mengganggu lalu lintas.
3)   Pengaturan Tempat duduk
a)        Pola berderat atau berbanjar
b)         Pola susunan berkelompok
c)         Pola formasi tapal kuda
d)        Pola lingkaran atau persegi
4)   Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan meskipun telah tersedia sehingga guru sulit untuk mengaturnya, adalah hal yang sangat penting agar terciptanya suasana belajar yang nyaman. Untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a)         Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa
b)        Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan cahaya matahari masuk
c)        Siswa dapat melihat tulisan dengan jelas
d)       Cahaya harus datang dari sebelah kiri, cukup terang akan tetapi tidak menyilaukan
5)   Pengaturan Tempat Penyimpanan Barang-barang
Dalam penataan dan penyimpanan barang dalam suatu ruangan kelas harus ditempatkan pada tempat khusus agar mudah dicapai jika diperlukan.

                          Pengaturan posisi tempat duduk di kelas sangat berpengaruh bagi para peserta didik, interaksi antara mereka dan interaksi dengan guru. Dalam mengatur tempat duduk peserta didik dapat disesuaikan dengan rancangan pembelajaran dan jenis teknik mengajar yang dipilih guru. Format apapun yang dipilih guru dalam mengatur tempat duduk haruslah berdasarkan persyaratan berikut ini:
a.    Memiliki kemudahan untuk mengembangkan dan memantau proses        pembelajaran yang sedang berlangsung;
b.    Selalu memungkinkan guru memiliki akses untuk berkomunikasi   dengan dari waktu ke waktu;
c.    Menjaga proses pembelajaran yang sedang berlangsung agar tidak           mengganggu proses pembelajaran dari kelas yang berdampingan;
d.   Dapat menyesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis.
e.    Menjaga asas keadilan bagi setiap peserta didik. Apabila guru     menetapkan salah satu format dalam jumlah lebih dari satu pada satu         saat untuk satu tugas kelas, maka prinsip kerja sama lebih diutamakan     daripada prinsip kompetensi bebas. (Radno Harsanto,2007: 63-64).

        Anis Fauzi dan Rifyal Ahmad Lugowi (2009: 27), Menjelaskan kursi serta meja siswa dan guru perlu ditata sehingga dapat menunjang kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa, yakni memungkinkan hal-hal sebagai berikut :
a.    Aksesbilitas; siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedia. Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
b.    Mobilitas; siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian yang lain dalam satu kelas.
c.    Interaksi; artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran, hal ini memudahkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa maupun antar siswa
d.   Variasi kerja siswa; memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok.

     Selain itu, ventilasi harus cukup menjamin kesehatan peserta didik. Jendela harus cukup besar sehingga memungkinkan panas cahaya matahari masuk, udara sehat dengan ventilasi yang baik, sehingga semua peserta didik dalam kelas dapat menghirup udara segar, peserta didik harus bisa melihat tulisan dengan jelas. Penggunaan spidol dan whiteboard lebih disarankan daripada menggunakan kapur tulis dan papan tulis biasa. Pengaturan penyimpanan barang/media pembelajaran termasuk kegiatan preventif yang dapat dilakukan. Barang-barang hendaknya disusun dan disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan kegiatan belajar.
                     Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satupun bentuk ruang kelas yang ideal, tetapi ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi interior kelas harus dirancang yang memungkinkan anak belajar aktif, menyenangkan dan menantang.

b.    Pengelolaan Kelas dari Segi Kondisi Sosio-Emosional
Menurut Maman Rahman (1999: 131-143), menjelaskan bahwa kondisi sosio-emosional akan berpengaruh terhadap proses belajar mengajar, kegairahan dan efektivitas tercapainya tujuan pembelajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi:
1)        Tipe Kepemimpinan guru
a)        Tipe Kepemimpinag Otoriter
        Dengan tipe kepemimpinan ini, siswa hanya akan lebih aktif jika gurunya ada atau mengawasi mereka, dan jika gurunya tidak ada atau tidak mengawasinya maka semua aktivitas menjadi menurun.
b)        Laizer-Fire, pada tipe kepemimpinan ini, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya ingin diperhatikan. Siswa biasanya akan lebih produktif apabila gurunya tidak ada.
c)        Demokratis, tipe kepemimpinan ini memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara guru dan siswa dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Siswa akan lebih produktif baik pada saat diawasi oleh guru maupun tidak.
2)        Sikap Guru
    Dalam hal menghadapi siswa yang melakukan kesalahan guru hendaknya:
a)        Bersikap sabar
b)        Tetap bersahabat
c)        Tidak Membenci siswa
d)       Menerima siswa dengan hangat
3)        Suara Guru, suara guru yang melengking tinggi  atau senantiasa tinggi, atau terlalu rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa dengan jelas akan mengakibatkan suasana gaduh. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang penuh dan terdengar rileks akan mendorong siswa untuk memperhatikan pelajaran. Tekanan suara hendaknya bervariasi sehingga siswa tidak bosan mendengarnya.
4)        Pembinaan hubungan baik, pembinaan hubungan baik antara guru dan siswa dalam masalah manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik antara guru dan siswa diharapkan siswa senantiasa, gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar yang sedang dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.

            Peranan guru di kelas sangat sentral, terutama dalam hal membina dan mengembangkan suasana atau iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui penumbuhan hubungan interpersonal yang sehat dan dinamis, penuh kasih sayang, dan tanpa prasangka. Untuk membina dan mengembangkan hubungan sosio-emosional kelas yang positif atau kondusif.
Sedangkan menurut Conny Semiawan, dkk. (1992: 63-66), mengelompokan pengelolaan kelas menjadi dua bagian yaitu pengaturan kelas dan pengaturan Siswa.
a.    Pengaturan kelas
          Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, diperlukan perorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif, yang meliputi :
1)        Tujuan Pembelajaran
               Tujuan pengajaran merupakan pangkal tolak ukur keberhasilan dalam mengajar. Semakin jelas rumusan tujuan pebelajaran, maka mudah menyusun rencana dan melaksanakan kegiatan belajar siswa dan di bawah bimbingan guru.
2)        Pengaturan Penggunaan Waktu
               Waktu yang tersedia dalam jadwal untuk setiap pelajaran, untuk setiap caturwulan/semester dan untuk satu tahun ajaran sangat terbatas. Karena itu diperlukan pengaturan waktu yang tersedia. Waktu yang tersedia dapat dirasakan lama dan menjadi sumber tekanan bagi anak-anak jika diisi dengan kegiatan-kegiatan yang kurang mengairahkan bagi anak dalam belajar. Waktu yang tersedia hendaknya digunakan dengan kegiatan, yang selain menggairahkan siswa untuk belajar juga untuk memberikan hasil belajar yang produktif.
3)        Pengaturan Ruang Belajar
Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal berikut perlu diperhatikan :
a)        Ukuran dan Bentuk Kelas
b)        Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa
c)        Jumlah siswa di dalam satu kelas
d)       Jumlah siswa di dalam setiap kelompok
e)        Jumlah kelompok di dalam kelas
f)         Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria dan wanita).
b.    Pengaturan Siswa dalam belajar
Dalam belajar, siswa melakukan beragam kegiatan belajar. Kegiatan belajar siswa disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri. Ada siswa yang dapat belajar secara mandiri dan ada pula siswa yang dapa belajar berkelompok. Di dalam penyusunan anggota kelompok, ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1)      Kegiatan belajar yang akan dilaksanakan
2)      Siapa yang menysun anggota kelompok (guru,siswa, atau guru dan siswa) ?
3)      Atas dasar apa pengelompokan tersebut ?
4)      Apakah kelompok tersebut tetap atau berubah-ubah sesuai dengan  kebutuhan cara belajar siswa ? (Conny Semiawan, dkk. 1992: 66 ).

Dalam melayani kegiatan belajar aktif, pengelompokan siswa mempunyai arti tersendiri. Jika dibedakan dari pengelompokan yang sederhana sampai ke yang kompleks, maka pengelompokan siswa dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu :
a.         Pengelompokan menurut kesenangan berkawan.
Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa kelompok (jumlah kelompok bergantung pada besarnya kelas) atas dasar perkawanan/kesenangan bergaul di antara mereka. Kelompok terdiri dari 4-6 0rang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini, setiap anak didik mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber yang sama.
b.        Pengelompokan menurut kemampuan
Kenyataan menujukan dalam mempelajari sesuatu, ada anak didik yang pandai, sedang, dan lambat. Untuk memudahkan pelayanan guru, anak didik dikelompokan ke dalam kelompok cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokan seperti ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran.
c.         Pengelompokan menurut minat
       Ada anak didik yang senang menulis, sedang yang lainya senang pada matematika, ilmu pengetahuan sosial, atau ilmu pengetahuan alam. Anak didik yang berminat melakukan kegiatan belajar yang sama dikelompokan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus menerus mengamati setiap anak didik. Di samping itu, guru perlu memberi dorongan kepada anak didik untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. ( Conny Semiawan, dkk. 1992: 67-68)

Selanjutnya Darwyan Syah, dkk. (2009: 206-207) juga menjelaskan bahwa,  pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan potensi kelas dengan cara melakukan seleksi terhadap penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas. Pengelolaan kelas atau tempat belajar meliputi pengelolaan beberapa alat/media serta obyek yang terdapat di dalam kelas atau ruang belajar seperti: meja dan kursi baik guru maupun murid, pajangan yang merupakan hasil karya siswa, perabot sekolah, serta sumber belajar yang terdapat di dalam kelas. Pengelolaan kelas meliputi pengelolaan tempat belajar : Dalam hal pengelolaan tempat belajar terdiri dari:
a.      Pengelolaan meja dan kursi
Pengelolaan meja dan kursi siswa harus berdasarkan prinsip-prinsip 1) Aksesbilitas: siswa mudah menjangkau alat atau sumber belajar yang tersedi; 2) Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian yang lain dalam kelas; 3) Interaksi: yaitu memudahkan terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran antara guru dan siswa maupun antara siswa; 4) Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerja sama secara perorangan, berpasangan, atau berkelompok. Adapun formasi pengaturan meja dan kursi yang dapat dikembangkan: Formasi Huruf U, Meja Konfresi, Lingkaran, Susunan Chevron atau huruf  V, atau Kelas Tradisional yaitu secara berjejer dan berbaris serta formasi auditorium. Formasi lainya yang dapat digunakan disesuaikan dengan tujuan dan strategi pembelajaran yang digunakan atau intens$itas interaksi yang diinginkan oleh guru.
b.        Pengelolaan alat-alat pengajaran
Alat-alat pengajaran yang terdapat atau dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas perlu diatur dan ditata dengan prinsip-prinsip desain interior yang meliputi: perpustakaan kelas, alat-alat peraga, dan media pembelajaran, papan tulis/white board, kapur tulis  atau spidol  board marker, dan papan presensi siswa.
c.    Penataan keindahan kelas dan kebersihan kelas
  Berkaitan dengan keindahan dan kebersihan kelas alat atau benda yang harus ditata dengan baik meliputi: 1) Hiasan dinding (gambar presiden dan wakil persiden, lambang garuda pancasila, gambar pahlawan, selogan pendidikan, kata-kata mutiara, kaligrafi; 2) penempatan lemari buku atau lemari alat peraga;3) Pemeliharaan kebersihan kelas diatur secara bergiliran dengan system piket.
d.    Ventilasi dan tata cahaya
Untuk ventilasi sebaiknya berada di sisi kiri maupun kanan ruangan, hindari guru merokok di dalam kelas. Untuk pengaturan cahaya: cahaya harus cukup, dan apabila diperlukan lampu listrik, gunakan dengan kekuatan watt yang dibutuhkan untuk ruang kecil atau ruang besar, dan arah cahayanya sebaiknya dari sebelah kiri.
e.         Pajangan Kelas
   Pajangan Kelas hasil karya siswa harus dipilih secara selektif disesuaikan dengan nilai estetika, serta kebermanfaatanya.
          Dalam pengaturan anak didik Syaiful Bahri Djamarah (2010: 178), juga menjelaskan bahwa kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok  menghendaki peninjauan kepada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya ditempatkan di depan kelas. Dengan begitu, anak didik yang mengalami gangguan seperti ini akan mudah menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Sisi lain yang juga perlu diperhatikan oleh guru dalam mengelompokan anak didik adalah jenis kelamin. Anak didik yang cerdas sebaiknya dikelompokan dengan anak didik yang kurang cerdas. Anak didik yang pandai bicara sebaiknya dikelompokan dengan anak didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar membuat keributan dan suka menggangu temanya akan lebih baik bila penempatan mereka dipisah-pisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru. Pola pengelompokan anak didik seperti itu bermaksud agar kelas tidak didominasi oleh satu kelompok, tetapi yang terjadi dalam belajar ialah persaingan yang positif.
          Dalam hal pengaturan Anak didik ini Syaiful Bahri Djamrah (2006: 208-209) membagi menjadi dua bagian yaitu:
a.         Pembentukan Organisasi
Untuk melatih dan menciptaka ketertiban kelas, perlu dibentuk organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan langkah awal melatih dan membina anak didik dalam berorganisasi. Mereka dilatih untuk bertanggug jawab atas tugas tugas yang dipercayakan. Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran, seperti menyediakan kapur, alat peraga, buku paket, mengisi presensi siswa atau guru, dan sebagainya. Organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan beberapa orang seksi sesuai kebutuhan.
b.        Pengelompokan Anak Didik
Dalam upaya melayani kegiatan belajar anak didik yang optimal, pengelompokan anak didik mempunyai arti penting. Pengelompokan anak didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai ke yang kompleks.
          Menurut Roestiyah N.K. (Syaiful Bahri Djamrah, 2006: 209) membagi pengelompokan anak didik dari segi waktu, kecepatan, dan sifatnya.
a.    Waktu:
1)         Kelompok jangka pendek
2)         Kelompok jangka panjang (3 bulan)
b.    Kecepatan:
1)         Kelompok anak cepat
2)         Kelompok anak lambat
c.    Sifat:
1)         Kelompok untuk mengatasi alat pengajaran
2)         Kelompok atas dasar intelgensi individual
3)         Kelompok atas dasar minat individual
4)         Kelompok untuk memperbesar partisipasi
5)         Kelompok untuk pembagian pekerjaan
6)         Kelompok untuk belajar secara efisiensi menuju suatu tujuan.

                                        Dalam hal pengelolaan  siswa Darwyan Syah dkk, (2009: 208) juga menjelaskan bahwa, pengelolaan siswa dapat dilakukan secara perorangan, berpasangan, kelompok, atau kalasikal disesuaikan dengan jenis kegiatan, keterlibatan siswa, interaksi pembelajaran, waktu belajar serta ketersediaan sarana dan prasarana serta keragaman karakteristik siswa. Untuk pengelolaan siswa secara berkelompok, ada beberapa dasar pengelompokan siswa yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan yaitu: pengelompokan berdasarkan kesenangan berkawan, pengelompokan menurut tingka kemampuan, dan pengelompokan menurut minta.
              Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2010: 7), hakikat pengelolaan kelas mencangkup: 1) pengaturan siswa, 2) lingkungan fisik 3) penggunaan ruangan kelas dan 4) memanfaatan sumber belajar yang berasal dari lingkungan. Karena itu, setiap guru dituntut untuk tampil dan kreatif serta peka terhadap suasana kelasnya. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi basis belajar siswa, dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam pengelolaan kelas seperti 1) jumlah siswa dan 2) besarnya ruang kelas.
          Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat di atas bahwa pengelolaan kelas terdiri dari dua bagian yaitu pengelolaan kelas dari aspek fisik kelas dan dari segi pengaturan kondisi siswa yang semua ini harus dikelola sedemikian rupa oleh guru agar suasana pembelajaran kondusif dan intinya adalah tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut.

3.         Tujuan Pengelolaan Kelas
                        Aktivitas mengajar yang dilakukan oleh guru merupakan usaha untuk menciptakan suatu kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar. Hal ini diatur dan diawasi agar kegiatan belajar mengajar terarah kepada tujuan-tujuan pembelajaran yang turut menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Dengan demikian pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru tentunya memiliki tujuan.
             Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 175), tujuan umum pengelolaan kelas adalah “Menyediakan fasilitas kelas untuk bermacam- macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas.”.
                        Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2010: 6), tujuan pengelolaan kelas  adalah “Agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai belajar”.
Dari kedua pendapat di atas, tujuan pengelolaan kelas pada intinya adalah menyediakan kondisi kelas yang mendukung terjadinya proses belajar mengajar baik dari segi fisik kelas maupun pengelolaan siswa, agar proses belajar mengajar tersebut dapat berlangsung, sehingga tercapai dari tujuan pembelajaran yang dapat dilihat melalui hasil belajar siswa.

4.         Masalah Masalah Pengelolaan Kelas
                        Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Jangankan bagi guru yang baru menerjunkan diri ke dalam dunia pendidikan, bagi guru yang sudah profesional pun sudah merasakan betapa sukarnya mengelola kelas. Tetapi begitu, tidak pernah jenuh dan kemudian jera mengelola kelas setiap kali mengajar di kelas.
                        Tingkah laku anak didik yang bervariasi. Variasi perilaku anak didik merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya pengelolaan kelas. Menurut Made Pidarta yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah (2010: 173), masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
a.    Kurangnya persatuan, misalnya dengan adanya kelompok-kelompok,    klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.
b.    Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya.
c.    Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
d.   Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temanya, menerima, dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
e.    Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila mendatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah, dan sebagainya.
f.     Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang, kekurangan uang, dan lain-lain.
g.    Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebagainya.

        Menurut Made Pidarta, Syaiful Bahri Djamarah (2006: 195-196) menjelaskan bahwa, “tingkah laku itu terjadi karena adanya pengelompokan anak berdasarkan intelektual, kelompok bodoh akan menjadi apatis dan pasif. Latar belakang ekonomi siswa bisa juga menghalangi mereka untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Kelelahan siswa dalam mengikuti pelajaran dan kemampuan mereka menyesuaikan dengan keanekaragaman metode mengajar dipakai guru bisa menjadi sumber keanehan tingkah laku mereka”.
        Berdasarkan masalah-masalah tersebut, sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab ia harus terlebih dahulu meyakini bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk menangani suatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif  yang terbaik sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu harus menetapkan bahwa penggunaan suatu pendekatan memang cocok dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak dimaksudkan untuk mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba pada alternatif pendekatan yang kedua, dan seterusnya.

5.         Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
        Dalam pengelolaan kelas tentunya banyak masalah yang akan dihadapi oleh guru, untuk itulah diperlukan pendekatan dalam pengelolaan kelas dalam rangka membentuk suasana kelas yang optimal, pendekatan tersebut menurut Maman Rahman (2000: 49-83) adalah sebagai berikut :
a)    Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter yaitu pendekatan terhadap pengendalian perilaku peserta didik oleh guru. Adapun lima strategi yang diterapkan dalam manajemen kelas atau pengelolaan kelas yaitu menetapkan dan menegakkan peraturan, memberikan perintah, pengarahan dan pesan, menggunakan teguran, menggunakan pengendalian dengan mendekati dan menggunakan pemisahan.


b)   Pendekatan Permisif
        Pendekatan permisif ini adalah pendekatan yang menekankan perlunya memaksimalkan kebebasan siswa, yaitu kebebasan anak anak untuk mengembangkan otonomi, demikian argumentasi mereka, akan terkendala oleh campur tangan guru yang terlalu jauh.
c)    Pendekatan Buku Masak
Pendekatan buku masak yaitu pendekatan berbentuk rekomendasi berisi daftar akan hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang guru apabila mengahadapi berbagai tipe masalah pengelolaaan kelas.
d)   Pendekatan Instruksional
          Pendekatan instruksional yaitu pendekatan yang berdasarkan kepada pendirian bahwa pengajaran yang dirancang dan dilaksanakn dengan cermat akan mencegah timbulnya sebagian besar masalah manajerial kelas.
e)    Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
         Pendekatan ini dilaksanakan pada prinsip-prinsip psikologi “behavioristik”. Dengan kata lain pendekatan ini memandang manajemen kelas atau pengelolaan kelas sebagai proses modifikasi perilaku peserta didik. Pendekatan pengubahan tingkah laku dibagun atas dasar dua dimensi utama yaitu :
1)        Empat prinsip proses dasar berjalan yaitu, penguatan positif, hukuman, penghentian dan penguatan negatif.
2)        Pengarahan kejadian-kejadian dalam lingkungan
f)    Pendekatan Iklim Sosio-Emosional
        Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif sangat tergantung pada hubungan yang positif antara guru dan siswa dan iklim kelas.
g)   Pendekatan Proses Kelompok
        Premis utama yang mendasari pendekatan proses kelompok disarkan pada asumsi-asumsi kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok kelas, tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif, kelompok kelas adalah suatu sistem sosial yang mengandung ciri-ciri yang terdapat pada semua sistem sosial dan pengelolaan kelas oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini adalah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial dan tugas pokok guru yang utama dalam pengelolaan kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
h)   Pendekatan Elektis
        Pendekatan Elektis adalah pendekatan dengan mengembangkan beberapa pendekatan untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna.

i)     Pendekatan Analitik Pluralistik
        Pendekatan analitik pluralistik adalah pemulihan diantara berbagai strategi yang manajemen kelas satu atau berbagai strategi yang mempunyai kemungkinan menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang memberi kemudahan kepada pembelajaran yang efektif dan efisien.

        Dari pendekatan tersebut ada kecenderungan dalam pengelolaan kelas seorang guru dituntut untuk melakukan pendekatan yang cenderung kepada tindakan preventif dibandingkan tindakan korektif. Karena seorang guru harus menyediakan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar tetap berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat berupa tindakan pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-emosional sehingga peserta didik merasakan keamanan dan kenyamanan dalam belajar. Tindakan lain yang dapat dilakukan oleh guru adalah tindakan korektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang dan merusak kondisi yang telah optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung.

6.         Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
       Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas, yaitu faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor internal siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Keperibadian yang berbeda menyebabkan setiap siswa berbeda secara indiviu. Perbedaan tersebut meliputi, perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis. Sedangkan faktor ekstern siswa berkaitan dengan masalah lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, dan jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. Masalah jumlah peserta didik di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa yang ada di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadinya konflik.  Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cederung lebih kecil terjadinya konflik.
Menurut Uzer Usman (2009: 97-98), dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
(1)          Hangat dan Antusias
    Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam menerapkan pengelolaan kelas.
(2)          Tantangan
    Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menentang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan tingkah laku yang menyimpang.
(3)          Bervariasi
   Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatnya perhatian anak didik. Hal ini merupakan kunci keberhasilan tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
(4)          Keluwesan
    Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributtan, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
(5)          Pendekatan pada hal-hal yang Positif
   Penekanan pada hal-hal yang positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.
(6)          Penanaman Disiplin Diri
    Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Untuk itu, guru hendaknya menjadi teladan megenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam segala hal apabila menginginkan anak didiknya ikut disiplin dalam segala hal.


7.            Komponen-Komponen dalam Keterampilan Pengelolaan Kelas
   Pada umumnya komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas dibagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal.
     Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 187-191), menjelaskan beberapa komponen pengelolaan kelas, di antaranya adalah sebagai berikut :
a.  Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan keterampilan sebagai berikut:
1)        Sikap tanggap
a)     Memandang secara seksama
   Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, serta bekerja sama, dan menunjukan rasa persahabatan.
b)        Gerak mendekati
   Gerak mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas peserta didik. Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan menakut-nakuti, mengancam atau memberikan kritikan dan hukuman.\
c)        Memberi pernyataan
   Penyataan guru terhadap suatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal yang menunjukan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang mengandung ancaman seperti: “saya tunggu kalian sampai diam”. “saya atau kalian yang keluar?” atau “Siapa yang tidak sengan dengan pelajaran saya, silahkan keluar !”
d)       Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
    Kelas tidak selamnya tenang. Pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran perlu dilakukan oleh guru untuk mengembalikan kesadaran kelas. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula. Sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
2)         Memberi perhatian
   Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu mebagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara:
a)      Visual
   Guru dapat mengubah pandanganya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga ia dapat melirik ke giatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan pertama. Kontak pandangan ini biasa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau secara individu.
b)   Verbal
   Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama, sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik yang lain.  
3)        Pemusatan perhatian kelompok
   Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak didik dan memberitahukan bahwa ia bekerja sama dengan kelompok atau sub kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu:
a)        Memberi tanda
Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan topik, dengan memilih anak didik secara random untuk meresponya.
b)        Pertanggungjawaban
   Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatanya dalam suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab terhadap kegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalny, dengan meminta kepada anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
c)        Pengerahan dan petunjuk yang jelas
   Guru harus seringkali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada anak didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada kelompok kecil, ataupun individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
d)       Penghentian
   Untuk menghentikan tingkah laku anak didik guru melakukan teguran,  teguran yang dilakukan guru adalah sebuah satu cara untuk menghentikan gangguan anak didik. Teguran verbal dibenarkan dalam pendidikan. Teguran verbal yang efektif apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
(1)     Tegas dan jelas tertuju kepada anak didik yang  menggangu serta tingkah lakunya yang menyimpang.
(2)     Mengehindari peringatan yang kasar dan meyakinkan atau yang mengandung penghinaan.
(3)     Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.
e)        Penguatan
   Untuk menanggulangi anak didik yang menggangu atau idak melakakan tugas, dapat dilkukan dengan memberikan penguatan yang dipilih sesuai dengan masalahnya. Penggunaan penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak didik yang terus menerus menggangu atau tidak melakukan tugas. Pemberian penguatan yang sederhana untuk mengatasi ganggua atau tidak menjalankan tugas yang diminta antara lain:
a.   Dengan menggunakan penguatan yang positif bila anak didik telah menghentikan gangguan atau kembali pada tugas yang diminta.
b.    Dengan penguatan yang positif  terhadap anak didik yang lain yang tidak menggangu dan dipakai sebagau model tingkah laku yang baik bagi anak didik yang suka menggangu.
f)         Kelancaran (smoothness)
    Kelancaran atau kemajuan anak didik dala belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat memusatkan perhatianya pada pelajaranyang diberikan di kelas. Hal ini perlu guru dukung dan jangan diganggu dengan hal-hal yang dapat membuyarkan konsentrasi anak didik.

Ada lima langkah yang dapat membantu dalam mengambil tindakan strategis ini yaitu: 1) Membuat catatan dan daftar perilaku siswa yang dinilai menggangu. 2) Amati setiap perilaku yang mengganggu. 3) Sesudah disusun skala prioritas perilaku siswa yang akan ditangani, perlu adanya kejelasan tujuan dari bertindak. 4) Dibuat rencana kerja yang hendak dilakukan. 5) Pelaksanaan rencana kerja (Radno Harsanto, 2007: 84).
Menurut  Uzer Usman (2009: 101), Ada sejumlah kesalahan yang harus guru hindari, yaitu:
a.              Campur tangan yang berlebihan (teacher interaction)
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada anak didik bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak didik. Ia hanya memuaskan kehendak sendiri.
b.             Kelenyapan (fade away)
Hal ini terjadi jika guru gagal tepat melengkapi suatu intruksi, penjelasan atau sajian tanpa alasan-alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk diam yang selalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langka dalam pengajaran. Akhirnya, adalah membiarkan pikiran anak didik mengawag-awang, melantur, dan menggangu keefektifan serta kelancaran pelajaran.
c.           Bertela-tele (overdwelling)
  Kesalahan ini terjadi bila pembelajaran guru bersifat        mengulang-ngulang hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, megubah teguran yang sederhana menjadi ocehan yang panjang.

b.         Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.
               Keterampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila anak didik yang menimbulkan gangguan yang berkelanjutan atau berulang-ulang walupun guru telah menggunakan tingkah laku dan tanggapan yang sesuai, guru dapat meminta bantuan sekolah, konselor sekolah, atau orang tua anak didik untuk menguasai.
               Bukanlah kesalahan profesionalitas guru apabila Ia tidak dapat menangani setiap masalah anak didik di dalam kelas. Namun, pada tingkatan tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindkan perbaikan terhadap tingkah laku anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas. Strategi tersebut adalah:
1)   Modifikasi tingkah laku
   Guru menganalisis tingkah laku anak didik yang mengalami atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara sistematis.
2)   Pendekatan pemecahan masalah kelompok
   Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara sebagai berikut:
a)     Memperlancar tugas-tugas: mengusahakan terjadinya kerjasama yang baik dalam melaksanakna tugas.
b)  Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: memelihara dan memulihkan semangat anak didik dan menangani konflik yang timbul.
3) Menemukan dan memecahkan masalah tingkah laku yang menimbulkan masalah. 
            Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahan masalahnya. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 193-194).


                                      DAFTAR PUSTAKA

Sahidi,Problem Guru dlm Megelola Kelas pada mata pelajaran Al-Quran Hadits di Kels VIII MTs Mujahidin Potianak Thn 2013/2014, Skripsi. FTIK. JURUSAN PAI IAIN POTIANAK, 2014.

 CRI SEDIRI KE SUMBER ASLINYA.........!

 






2 komentar:

  1. terimasih, tulisannya sangat membantu

    BalasHapus
  2. Slots, Poker, Bingo, Dining, and Gaming | Mapyro
    Find the best slots and poker, casino, bingo 김포 출장안마 and games anywhere in New Jersey. Mapyro users 이천 출장안마 can find over 25 different game 수원 출장마사지 types 파주 출장안마 to choose from at 상주 출장안마 their

    BalasHapus